Perkenalkan Kampus Politeknik Negeri Madiun Terima Kunjungan Semboyan Satoe Community

Semboyan Satoe-a

Foto: Tanya jawab anggota Semboyan Satoe dengan tim PNM

 

 

Politeknik Negeri Madiun (PNM) kembali menerima kunjungan dari komunitas pencinta kereta api. Kali ini dari Semboyan Satoe Community yang merupakan komunitas pencinta kereta api berbasis di Yogyakarta dan Solo pada Kamis, (11/05). Bertempat di Gedung Laboratorium Perkeretaapian PNM, kunjungan tersebut diikuti oleh sekitar 50 orang anggota Semboyan Satoe Community.

 

Semboyan Satoe Community merupakan komunitas pencinta kereta api yang sudah lebih dari satu dekade berdiri, tepatnya sejak 09 September 2009. Komunitas tersebut juga resmi terdaftar di Kemenkumham sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat.

 

“Semboyan Satoe itu mulai dari 2009. Tanggal sembilan bulan sembilan 2009 dan kita sudah terdaftar di Kemenkumham. Jadi resmi, kita sudah ada landasan hukumnya.” Ucap Indrayana, Humas Semboyan Satoe Community.

 

Indrayana mengatakan bahwa tak ada batasan usia untuk menjadi anggota Semboyan Satoe. Anggota termudanya pun bahkan masih duduk di bangku kelas 6 SD. Namun khusus untuk kegiatan kunjungan ia mengatakan Semboyan Satoe mensyaratkan usia minimal kelas 3 SMP. Ia menilai anak pada usia tersebut sudah cukup dapat menjaga diri sendiri. 

 

 

Semboyan Satoe-b

Foto: Dosen PNM sedang menjelaskan spesifikasi kereta hybrid PNM kepada anggota Semboyan Satoe

 

 

Tak hanya berasal dari Indonesia, anggota komunitas yang dipercaya oleh PT KAI DAOP 6 untuk merawat Stasiun Maguwo Lama tersebut bahkan ada yang dari mancanegara. Seperti Kelvin yang berasal dari Kuala Lumpur, Malaysia. Kelvin yang juga seorang pencinta kereta api mengatakan sengaja datang ke Indonesia untuk mengikuti kegiatan kunjungan Semboyan Satoe tersebut ke PT INKA dan PNM. Mantan pegawai KTM yang merupakan perusahaan kereta api terbesar di Malaysia tersebut mengaku menyukai dan tertarik dengan perkeretaapian di Indonesia.

 

Selain keberagaman usia dan asal anggotanya, Semboyan Satoe Community juga memiliki latar belakang pekerjaan yang beragam. Di antaranya ada pelajar, mahasiswa, wiraswasta, PNS, pegawai KAI, bahkan YouTuber. Ada juga anggota Pramekers, pengguna Prameks (red: sekarang KRL) pelaju Solo-Yogyakarta yang juga ikut dalam kegiatan kunjungan edukasi sekaligus silaturahmi tersebut.

 

“Macem-macem (red: latar belakang), macem-macem (red: pekerjaannya). Ada yang wiraswasta, PNS juga ada, ini juga dari pertanahan BPN Ponorogo. Ini kan ada beberapa yang cuti. Ada juga YouTuber yang reviunya banyak, mas Tito, Andriawan Pratikto,” terang Indra.

 

Setelah sambutan dan selayang pandang terkait PNM, para peserta pun berkesempatan menjajal kereta hybrid PNM. Para pencinta kereta api yang dibagi dalam dua kelompok tersebut tampak antusias mencicipi kereta hybrid PNM.

 

“Rasanya jelas beda, beda banget (red: dengan kereta komersial), dia lebih smooth. Mungkin karena hanya di sekitaran sini. Jadi merasakannya kurang lama. Tapi asyik, apalagi pas di tikungan tadi kerasa banget tikungannya, enak banget, smooth. Jadi juga produk dalam negeri tidak kalah. Produk INKA tidak kalah juga.” Jelas Indra.

 

Semboyan Satoe-e

Foto: Foto bersama tim PNM dengan Semboyan Satoe

 

 

Wakil Direktur 3 PNM Fredy Susanto, S.Pd, M.Pd. mengatakan bahwa penerimaan kunjungan dari komunitas-komunitas tersebut sekaligus ingin memperkenalkan PNM ke berbagai lingkup dan kalangan yang lebih luas.

 

“Untuk memperkenalkan PNM. Kemarin (red: kunjungan komunitas pencinta kereta api) dari Madiun, setidaknya (red: memperkenalkan PNM) di lingkup Madiun. Sekarang (red: kunjungan komunitas pencinta kereta api) dari Solo-Jogja dan banyak YouTuber (red: yang datang) jadi bisa sekaligus memperkenalkan PNM, bisa mempublikasikan PNM secara luas,” pungkas Fredy. *(Tim Humas/PIP PNM)